Seluruh dunia ini pernah dikuasai oleh dua orang raja dari kalangan orang beriman dan dua orang dari kalangan orang kafir, yaitu: Nabi Sulaiman dan Dzul Qarnain serta Namrud (Nimrod) dan Bukhtanashr (Nebuchadnezzar).
Allah telah menyebutkan Dzul Qarnain ini dan memujinya dengan sifat adil. Kekuasaannya terbentang antara timur dan barat bumi atau dua tanduk matahari timur dan barat dan juga menguasai apa yang ada di antara keduanya. Ini adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran dari pendapat lainnya, dan ia adalah pendapat Az-Zuhri.
Dzul Qarnain tidak memerangi suatu kaum, melainkan sebelumnya ia mengajak mereka berdialog dengan bahasa mereka sendiri. la berjalan bersama pasukan hingga ke tempat terbenam matahari dalam pandangannya. Khidir berada di barisan terdepan pasukan tersebut
Kemudian, Dzul Qarnain melawat ke arah terbenam matahari (timur), dan di sana ia mendapati matahari menyinari segolongan kaum yang tidak memiliki rumah dan tempat pelindungan lainnya yang dapat melindungi mereka dari terik matahari.
Kemudian, ia meneruskan perjalanan hingga sampai pada suatu kaum yang tidak mengerti pembicaraan (melainkan pembicaraan mereka sendiri) dikarenakan mereka adalah kaum yang sangat terbelakang.
Ada yang berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang Turki, anak-anak paman Ya’juj dan Ma’juj. Mereka mengadukan kepada Dzul Qarnain bahawa dua kabilah ini (Ya’juj dan Ma’juj) telah menyerang dan berbuat kerosakan di negeri mereka. Mereka lantas memberikan suatu pembayaran kepada Dzul Qarnain untuk membuat dinding antara mereka dan kabilah tersebut yang dapat mencegah kaum yang ganas itu sampai kepada mereka.
Namun, Dzul Qarnain menolak pemberian bayaran itu kerana telah merasa cukup dengan apa yang Allah kurniakan kepadanya berupa harta yang melimpah ruah. Kemudian, ia meminta mereka agar mengumpulkan orang-orang serta peralatan untuk membangun suatu dinding (di celah) yang terletak di antara dua buah gunung sebagai pemisah antara mereka dan kaum tersebut. Karena mereka (kaum Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat memasuki wilayah mereka, kecuali dari arah celah dua gunung tersebut.
Sedang jalur penghubung selain celah tersebut adalah lautan dan gunung yang menjulang tinggi. Dzul Qarnain membangun tembok tersebut dari besi dan tembaga yang dilebur. Besi ia jadikan sebagai pengganti bata, sedang tembaga sebagai pengganti tanah. Mereka tidak akan mampu memanjatnya dengan tangga dan juga tidak mampu membuat lubang dengan gerudi dan kapak.
Sebahagian sejarahwan ada yang berpendapat bahwa Yafits bin Nuh adalah nenek moyang orang-orang Turki. Adapun Ya’juj dan Ma’juj adalah sekelompok kaum dari keturunan orang-orang Turki. Mereka adalah kaum yang menakluki orang-orang Mongol. Mereka jauh lebih kuat dan lebih banyak melakukan kerosakan berbanding orang-orang Mongol.
Ada yang berpendapat bahawa mereka dinamakan dengan Turki lantaran ketika Dzul Qarnain membangunkan tembok dan memaksa kaum Ya’juj dan Ma’juj berada di sebalik tembok tersebut, maka terpisahlah mereka kerana mereka tidak memiliki daya kemusnahan sebanding dengan kemusnahan kaum Ya’juj dan Ma’juj. Mereka dibiarkan di luar tembok, oleh kerana itulah mereka dinamakan dengan at-Turk.
“Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad), mengenai Dzul Qarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepada kamu (wahyu dari Allah yang menerangkan) sedikit tentang perihalnya”: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya kekuasaan memerintah di bumi, dan Kami beri kepadanya jalan bagi menjayakan tiap-tiap sesuatu yang diperlukannya. Lalu ia menurut jalan (yang menyampaikan maksudnya). Sehingga apabila ia sampai ke daerah matahari terbenam, ia mendapatinya terbenam di sebuah matair yang hitam berlumpur, dan ia dapati di sisinya satu kaum (yang kufur ingkar). Kami berfirman (dengan mengilhamkan kepadanya): “Wahai Dzul Qarnain! Pilihlah sama ada engkau hendak menyeksa mereka atau engkau bertindak secara baik terhadap mereka”. Ia berkata: “Adapun orang yang melakukan kezaliman (kufur derhaka), maka kami akan menyeksanya; kemudian ia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu diazabkannya dengan azab seksa yang seburuk-buruknya. Adapun orang yang beriman serta beramal soleh, maka baginya balasan yang sebaik-baiknya; dan kami akan perintahkan kepadanya perintah-perintah kami yang tidak memberati”. Kemudian ia berpatah balik menurut jalan yang lain. Sehingga apabila ia sampai di daerah matahari terbit, ia mendapatinya terbit kepada suatu kaum yang kami tidak menjadikan bagi mereka sebarang perlindungan daripadanya. Demikianlah halnya; dan sesungguhnya Kami mengetahui secara meliputi akan segala yang ada padanya. kemudian ia berpatah balik menurut jalan yang lain. Sehingga apabila ia sampai di antara dua gunung, ia dapati di sisinya satu kaum yang hampir-hampir mereka tidak dapat memahami perkataan. Mereka berkata: “Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya kaum Ya’juj dan Ma’juj sentiasa melakukan kerosakan di bumi; oleh itu, setujukah kiranya kami menentukan sejumlah bayaran kepadamu (dari hasil pendapatan kami) dengan syarat engkau membina sebuah tembok di antara kami dengan mereka?” Dia menjawab: “(kekuasaan dan kekayaan) yang Tuhanku jadikan daku menguasainya, lebih baik (dari bayaran kamu); oleh itu bantulah daku dengan tenaga (kamu beramai-ramai) aku akan bina antara kamu dengan mereka sebuah tembok penutup yang kukuh. Bawalah kepadaku ketul-ketul besi”; sehingga apabila ia terkumpul separas tingginya menutup lapangan antara dua gunung itu, ddia pun perintahkan mereka membakarnya dengan berkata: “Tiuplah dengan alat-alat kamu” sehingga apabila ia menjadikannya merah menyala seperti api, berkatalah dia: “Bawalah tembaga cair supaya aku tuangkan atasnya”. Maka mereka tidak dapat memanjat tembok itu, dan mereka juga tidak dapat menebuknya. (Setelah itu) berkatalah Dzul Qarnain: “Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku; dalam pada itu, apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur, dan adalah janji Tuhanku itu benar”.
(Al-Kahfi 18: 83-99)
Sumber: Ringkasan Al-Bidayah Wa An-Nihayah, Syaikh Ahmad Khani
Leave a Reply