Peringatan Al-Quran

Tafsir Ringkas Surah al-Israa’ Ayat 53-55

Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada para hamba-Nya yang beriman agar ketika berbicara dan berdialog dengan orang-orang musyrik dan yang lainnya, mengucapkan ucapan yang terbaik untuk meyakinkan mereka dan menyampaikan kata-kata yang baik, iaitu penjelasan dalil tidak disertai dengan makian, celaan, dan kata-kata yang menyakitkan. 

Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT dalam ayat lain,

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.”

(An-Nahl 16:125)

Dan firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik.”

(Al-‘Ankabuut 29:46) 

Sebab hal itu adalah sebagaimana firman Allah SWT ( ۚإِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ) ertinya, jika mereka tidak mengatakan ucapan yang terbaik dan kata-kata yang baik, syaitan akan merosak hubungan antara orang-orang Mukmin dengan orang-orang musyrik. Syaitan juga akan menimbulkan kekacauan dan keburukan, serta akan menimbulkan permusuhan, peperangan dan menggoda sebahagian mereka. Kerana, syaitan adalah musuh yang nyata bagi Adam dan keturunannya.

Oleh kerana itu, syari’at melarang seseorang mengarahkan besi kepada saudaranya yang Muslim. Kerana ada kemungkinnan syaitan akan menimbulkan perselisihan dengannya; iaitu boleh jadi besi itu akan mengenai saudara Muslimnya tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda, (لَا يُشِيرُ أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيهِ بِالسَّلَاحِ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِيْ لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ، فَيَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ) “Janganlah salah seorang dari kalian mengarahkan senjata kepada saudaranya. Kerana dia tidak tahu bisa jadi setan akan menimbulkan permusuhan di tangannya, sehingga dia terjatuh ke dalam lubang neraka.” (HR Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

Penyebab syaitan berusaha menimbulkan permusuhan di antara manusia ditunjukkan oleh Firman Allah SWT   (إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ كَانَ لِلْإِنسَـٰنِ عَدُوًّۭا مُّبِينًۭا) sesungguhnya syaitan adalah musuh yang sangat jelas permusuhannya kepada manusia. Dia (syaitan) telah mengikrarkan permusuhan tersebut sejak awal penciptaan manusia. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Al-Qur’an ketika iblis berkata,

“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

(Al-A`raaf 7:17)

Allah SWT lalu menjelaskan cara terbaik dan terlembut yang tidak mengandung kata-kata dan sikap kasar di dalamnya dengan firman-Nya (رَّبُّكُمْ أَعْلَمُ بِكُمْ ۖ إِن يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ) Tuhan kalian, wahai manusia, lebih tahu siapa di antara kalian yang berhak mendapatkan taufik dan hidayah untuk beriman. Jika Allah berkehendak untuk mengasihi kalian, maka Allah akan menyelamatkan kalian dari kesesatan dan memberi taufik kepada kalian untuk taat dan kembali kepada-Nya. Jika Allah berkehendak untuk menyeksa kalian, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kalian untuk beriman, sehingga kalian mati dalam kemusyrikan.

Kata-kata di atas dan sejenis hendaknya disampaikan. Bukan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya kalian termasuk penghuni neraka dan kalian akan diseksa,” serta kata-kata yang sejenis yang membuat mereka marah dan memancing mereka untuk melakukan keburukan.

Firman Allah SWT, (أَعْلَمُ) ertinya ‘aliim (Maha Mengetahui), seperti kata-kata (الله أكبر) yang ertinya kabiir (Mahabesar), sehingga tidak dapat dibandingkan antara Allah dengan yang lainnya.

Kami tidak mengutuskan mereka wahai Muhammad, sebagai penjaga, pengawas dan wakil bagi urusan mereka (وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ عَلَيْهِمْ وَكِيلًۭا) dengan menghisab amal perbuatan  mereka, mengakui keislaman mereka, atau memaksa mereka untuk masuk Islam. Akan tetapi, Kami mengutusmu hanya sebagai pemberi peringatan dan pemberi khabar gembira. Orang yang mentaatimu akan masuk syurga dan orang yang membangkangmu akan masuk neraka. 

Hendaknya kamu bersikap lembut dalam berdakwah kepada mereka, jangan bersikap kasar kepada mereka dan bersikap lembutlah kepada mereka, serta perintahkan para sahabatmu untuk bersikap lembut dan bertahan. 

Tuhanmu lebih mengetahui yang ada di langit dan di bumi (وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ) dan lebih mengetahui keadaan mereka dan semua takdir mereka dengan pengetahuan yang menyeluruh.

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui?” (Al-Mulk 67:14)

Allah lebih tahu tentang apa yang layak diperolehi oleh mereka. Di dalam penjelasan ini terdapat bantahan bagi orang-orang musyrik yang menjadikan kenabian dan risalah untuk orang yang mereka pilih. Penjelasan ini juga membantah kata-kata mereka,

“Dan mereka (juga) berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu di antara dua negeri ini (Mekah dan Thaif)?'”

(Az-Zukhruuf: 43:31)

Penjelasan di atas juga menjadi bantahan ketika mereka tidak suka dengan orang-orang fakir seperti Shuhaib, Bilal, dan Khabab diangkat sebagai orang-orang dekat Nabi Muhammad SAW, sedangkan para tokoh dan pembesar Quraisy dijauhi.

Kami telah melebihkan sebahagian nabi dan rasul atas sebahagian yang lain (وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ عَلَىٰ بَعْضٍۢ) dengan keistimewaan,kitab-kitab suci dan kekhususan tersendiri, seperti menjadikan Ibrahim a.s. sebagai Khalil (kekasih), Musa sebagai Kaliim (yang diajak bicara secara langsung), dan Muhammad sawsebagai penutup para nabi.

Ayat yang serupa dengan ayat ini adalah:

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat.” (Al-Baqarah 2:253)

Dalam ayat ini terdapat isyarat dilebihkannya Rasulullah SAW di atas seluruh nabi dan rasul lain dengan Al-Qur’an al-Karim dan isra’ dan mi’raj, setelah itu Ibrahim AS, kemudian Musa AS dan kemudian Isa AS, sebagaimana yang masyhur di kalangan ulama.

Tidak ada perbezaan pendapat bahawa para rasul lebih utama dari para nabi dan bahawasanya Ulul Azmi adalah rasul yang paling utama, mereka adalah lima orang yang disebutkan di dalam dua ayat Al-Qur’an,

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam.”

(Al-Ahzaab 33:7)

“Dia (Allah) telah mensyari’atkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah- belah di dalamnya.”

(Asy-Syuuraa 42:13)

Kami lebihkan Daud dengan menurunkan Zabur kepadanya (وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًۭا) bukan dengan kerajaan dan kekuasaan. Di antara isi dalam Zabur, Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi, dan umatnya adalah umat yang terbaik.

Allah SWT berfirman,

“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahawa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang soleh.”

(Al-Anbiyaa’ 21:105)

Di sini terdapat pengingat tentang keutamaan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW

Sumber: Tafsir Al-Munir Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Jilid 8

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑